PULAU KIJANG,RIAUAKSI.com-Kondisi sejumlah jalan di Pulau Kijang,
Kecamatan Reteh, Kabupaten Inhil (Indragiri Hilir), dalam kondisi hancur
berat. Hampir tidak ada satu ruas jalan pun di kota tersebut yang
terbebas dari kondisi hancur-lebur.
Pantauan Riauaksi.com di
Pulau Kijang, Senin (15/7), sejumlah jalan utama di kota tersebut
benar-benar dalam keadaan hancur lebur. Sejumlah kendaraan dengan
berbagai jenis dan tonasenya dituntut berhati-hati karena hampir di
semua badan jalan dalam kondisi berlubang, dan sebagian besar di
antaranya digenangi air.
Sudirman, 57, seorang warga Pulau
Kijang, mengaku kondisi seperti itu sudah sangat lama berlangsung. Ia
menyebutkan, ada beberapa titik yang baru saja dilakukan perbaikan, tapi
hanya bertahan beberapa bulan saja, untuk kemudian kembali ke kondisi
semula. “Saya melihat hampir tidak ada perhatian Pemkab Inhil terhadap
kondisi yang ada ini,” katanya. (R1)
" KALO JALAN PULAU KIJANG MAU BAGUS MASYARAKAT PULAU KIJANG HARUS BERSATU DAN JANGAN MAU DI IMING -IMINGI PADA SAAT KAMPANYE, SELESAI KAMPANYE SELESAILAH JUGA JANJI - JANJI MANIS poliTIKUS "
KERITANG, (Mizan Education) -
Kede Bruuuukkkk… suara itu bak nangka jatuh dari pohonnya. Ketika
segera dituruti, ternyata salah seorang pengendara sedang terjatuh dari
motornya. Yach, itulah salah satu pemandangan sehari-hari di daerah
lintasan jalan antara Kecamatan Keritang dan Kecamatan Reteh. Kejadian
pemakai jalan yang jatuh dari motor karena kondisi jalan yang jauh dari
baik bukanlah hal yang langka. Masyarakat sekitar bahkan telah memaklumi
hal itu. Boleh dikatakan, tiada hari tanpa masalah di jalan lintas,
sebut salah seorang warga Keritang, belum lama ini.
Dari
hasil penelusuran di lapangan, ruas jalan antara Keritang dan Pulau
Kijang (Reteh) memang mengalami kendala yang sangat memiriskan hati.
Betapa tidak, selain kondisi tanah yang becek dan lembek, jalan pun
telah hancur. Bayangkan jika anda berjalan menggunakan motor dari
Kotabaru ke Pulau Kijang, tentu dapat merasakan betapa susahnya
perjalanan mengikuti jalan berlubang. Selain itu, jalan yang berlubang
dalam ditambal dengan susunan batang kelapa ataupun pinang. “Jika tak
sigap, tak kuat dan kurang berhati-hati, pasti jatuhlah,” ujar salah
seorang pengendara menuju Kotabaru, beberapa waktu lalu.
Sebenarnya,
jarak antara Kotabaru (Keritang) dan Pulau Kijang (Reteh) tidaklah
terlalu jauh, yakni sekitar 30 km. Bayangkan, saat anda berkendara
menyusuri jalan tersebut yang kiri kanan masih dihiasi nuansa alami.
Perkebunan, rumah-rumah penduduk dan geliat kehidupan sehari-hari yang
secara gamblang dapat dinikmati. Jika berkendara normal di jalan yang
mulus, jarak segitu hanya butuh waktu tempuh setengah jam. Faktanya
berkata lain, jarak tersebut akan memakan waktu tempuh sekitar 2 jam
perjalanan. Ada sekitar satu setengah jam waktu yang terbuang, perihal
masalah tak layaknya jalan di daerah ini.
Sebagai
perbandingan, Pekanbaru menuju Bangkinang dengan jarak sekitar 60 km,
dapat ditempuh sekitar 1 jam kurang. Nah, efisiensi waktu tersebut
sangat berpengaruh pada roda perekonomian penduduk yang saat ini memang
harus berpacu dengan waktu. Tentu dapat dibandingkan dengan jarak
Kotabaru-Pulau Kijang yang hanya 30 km dengan waktu tempuh 2 jam. Nah,
salah satu pemicunya adalah jalan itu sendiri selaku urat nadi
masyarakat. Semakin baik kondisi jalan, semakin efisien waktu tempuh
masyarakat, secara tidak langsung mendukung pada perbaikan taraf ekonomi
masyarakat sekitar.
Menurut
Manarul Anwar, tokoh pemuda Kotabaru Reteh Kecamatan Keritang,
infrastruktur fisik, terutama jaringan jalan antar daerah ini, sebagai
pembentuk struktur ruangan regional yang memiliki keterkaitan yang
sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun sosial
budaya kehidupan masyarakat.
Dikatakannya,
dalam konteks ekonomi daerah itu sendiri, jalan merupakan modal sosial
masyarakat untuk tumpuan perkembangan ekonomi. “Jika ruas jalan rusak
dan tidak layak, pertumbuhan ekonomi yang baik itu akan sulit dicapai,”
ujarnya.
Perihal
ruas jalan yang rusak antara Kecamatan Keritang dan Kecamatan Reteh
ini, dirinya berharap agar Pemerintah memperhatikan kondisi ini. Apalagi
mengenai hal teknis pembangunan jalan yang secara umumnya dilaksanakan
tiap tahun, hendaknya lebih memperhatikan aspek hasilnya untuk
kepentingan masyarakat. “Perlunya kepastian pengawasan terhadap
pembangunan jalan yang ada guna mendapatkan hasil yang baik,” sebutnya.
Peran
serta legislatif terkait banyaknya ruas jalan yang rusak adalah sangat
diperlukan. Dimana, ada tanggung jawab secara moral akan hal ini.
Meskipun dana pembangunan terbatas, namun diharapkan bahwa hal itu
bukanlah suatu masalah jika ada kemitraan antara Pemerintah, Swasta dan
masyarakat.
Yang
paling utama adalah, ruas jalan yang rusak selama ini sangat mengancam
keselamatan masyarakat sekitar. Intensitas kejadian kecelakaan yang
cukup tinggi di daerah ini yang merupakan dampak dari tidak layaknya
jalan yang ada. Selanjutnya, efisiensi waktu tempuh yang tak mendukung,
serta jalan yang bermasalah tersebut menciptakan problema tersendiri
bagi pemakai jalan yang kondisinya tidak fit, papar Anwar.(markoni efendi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar